AIK III
DI SUSUN
OLEH :
ZAINUDDIN
FITRIANI
NURJANNAH
HABI BURHAN
SAID
ANTI RUKMANA
MARSUKI
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil
‘alamin.Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi
ajma’in.
Puji
syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat
kepada kita semua.
Shalawat
serta salam tidak lupa mari kita senandungkan untuk junjungan kita nabi
Muhammad SAW.
Penulis
menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah TAUHID.Dalam menulis makalah ini, penyusun merasa banyak kekurangan
dan kesalahan dikarenakan penyusun masih dalam tahap belajar.
Akan
tetapi, penyusun tetap berharap aupaya makalah ini bermanfaat bagi siapaun yang
membacanya.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………...…….i
Daftar
Isi……………………………………………………………….................... ii Pendahuluan...............................................................................................................1
A. Latar Belakang
Masalah…………………………………………..……...................1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….…….…....................1
Pembahasan
A. Pengertian
Tauhid………………………………………………………..................2
B. kedudukan dan
fungsi tauhid……...……………............……………….................3
C. macam-macam
tauhid…...........................................................................................7
D, kalimat
laailaaha illallah...........................................................................................8
Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………....................16
B. Saran…………………………………………………………………….................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern ini banyak krisis
yang harus dihadapi manusia, seperti krisis moneter, krisis pangan, krisis
bahan bakar, dan yang patut kita renungkan adalah krisis iman.
Krisis iman dikarenakan kurangnya
nutrisi rohani serta kurangnya fungsi tauhid dalam kehidupan sehari-hari
manusia saat ini.Kebanyakan manusia hanya mementingkan kepentingan dunia
dibanding kepentingan akhirat. Sehingga yang terealisasi hanyalah sifat-sifat manusia yang berbau duniawi,
seperti hedonism, fashionism, kepuasan
hawa nafsu, dan lain-lain.
Hanya sedikit manusia yang dapat
memanfaatkan fungsi dan menempatkan peran tauhid secara benar dan sesuai
dengan keadaan zaman manusia sekarang ini.
Padahal, jika, masyarakat modern
saat ini menempatkan tauhid dalam kehidupan
sehari-harinya, insya allah, akan
tercipta masyarakat yang damai, aman, dan terjauh dari sifat-sifat tercela,
seperti korupsi, kolusi, nepotisme, penipuan, dan tindakan-tindakan yang
melanggar hokum agama, maupun hokum perdata dan pidana Negara.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam
makalah ini adalah :
1, tengtang tauhid
2. pengertian
tauhid
3. kedudukan dan fungsi tauhid
4. macam-macam
tauhid
5. kalimat
laailaaha illallah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tauhid
Tauhid
adalah salah satu hal terpenting yang harus difahami, dimiliki dan dipegang teguh oleh umat islam, karena dengan tauhid
seseorang dapat mengerti apa arti dari kehidupan yang dia jalanani.
Dalam
ajaran islam kalimat tauhid terbagi menjadi dua bagian yang sangat berhubungan
antara satu dengan yang lainya, yaitu Nafyu
dan Isbat.
Nafyu (peniadaan), kalimat tersebut adalah Laailaaha
yang artinya” tiada Tuhan”, maksud dari kalimat itu iyalah meniadakan
segala macam Tuhan, sehingga di muka bumi ini tiada apapun yang patut disembah,
dipuja, diimani dan ditaati.
Isbat (menetapkan), kalimat tersebut adalah Illallah yang artinya “ kecuali Allah”,
maksud dari kalimat itu iyalah memunculkan pemahaman tentang keberadaan Allah
sebagai satu-satunya Tuhan di dalam fikiran kita setelah kita menghapus segala
macam Tuhan yang ada di dalamnya.
Tauhid
mempunyai peran besar terhadap hidup manusia, karena dengan tauhidlah manusia
dapat memahami arti dan tujuan hidup mereka. Marilah kita tengok di dalam
kehidupan kita pada zaman yang katanya modern ini, banyak manusia yang hidup
tanpa tujuan yang jelas, mereka bekerja siang malam banting tulang hanya untuk
mendapatkan harta yang banyak, dengan harta itulah mereka berusaha memuaskan
hawa nafsunya yang tak kunjung puas dengan apa yang telah mereka lakukan,
padahal Allah telah berfirman dalam ayat-Nya, yang artinya ”Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepadaku”.
Maka
jelaslah tujuan hidup manusia sesungguhnya, yaitu hanya beribadah kepada Allah
Subhanahu Wata’ala saja dan bukan untuk yang lain, karena segala macam perbuatan
yang kita lakukan mulai dari makan kita, tidur kita, belajar kita, dan
segalamacam usaha yang kita lakukan jika kita niatkan untuk beribadah kepada
Allah niscaya semua itu adalah pahala bagi kita.
2
B.
kedudukan dan fungsi tauhid
Tauhid menempati kedudukan sentral dan esensial
dalam islam, tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus dari
seluruh rasa hormat, rasa syukur, dan sebagai satu-satunya sumber nilai dalam
islam.
Manusia yang bertauhid mengemban
tugas untuk membersihkan manusia dari menyembah manusia, hewan, tumbuhan,
matahari, berhala, dan lain-lain kepada menyembah alloh. Dengan tauhid,
kedudukan manusia sama manusia yang lain, yang
membedakan manusia dihadapan alloh adalah tingkat ketaqwaannya(QS. Al
Hujurat: 13)
Hubungan manusia tidak hanya dengan
tuhannya, tetapi juga mencakup hubungan horisontal dengan sesamanya.Maka dari
itu tauhid juga memiliki fungsi membentuk suatu masyarakat yang mengejar
nilai-nilai utama dan mengusahakan tegaknya nilai keadilan sosial sehingga
memberikan insipirasi pada manusia untuk mengubah dunia disekelilingnya agar
sesuai dengan kehendak alloh. Hal ini akan memicu manusia untuk membentuk suatu
misi yang bertujuan mengubah dunia, menegakkan kebenaran, dan keadilan,
merealisasikan berbagai nilai-nilai utama dan memberantas kerusakan dimuka
bumi. Dengan misi ini akan terwujud kehidupan sosial yang adil, etis, dan
agamis.
Dalam konteks pengembangan umat,
tauhid berfungsi mentransformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi
manusia yang lebih ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan
dirinya dari setiap belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
1. Memiliki komitmen utuh pada
Tuhannya. Ia akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah
Allah sesuai dengan kadar kemampuannya.
2. Menolak pedoman hidup yang datang
bukan dari Allah.
3. Bersikap progresif dengan selalu
melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat istiadatnya, tradisi
dan paham hidupnya.
4. Tujuan hidupnya amat jelas.
Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah semata.Ia tidak
akan terjerat ke dalam nilai-nilai palsu atau hal-hal tanpa nilai sehingga
tidak pernah mengejar kekayaan, kekuasaan dan kesenangan hidup sebagai tujuan.
Sebaliknya, hal-hal tersebut hanyalah sebagai sarana mencapai keridlaan Allah.
3
5. Memiliki visi yang jelas tentang
kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain , suatu kehidupan yang
harmonis antara manusia dan Tuhannya,[1][1]
Adapun fungsi
tauhid yaitu:
1.
Membebaskan
manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk.
Sampai
sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti
tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang
menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya fikirr
kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan
bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka
akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman
Allah SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا
لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا [٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا
وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Pada hari
ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah
baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul
Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). ".( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
4
2.
Menjaga manusia dari nilai- nilai
palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan-
kesenangan sensual belaka.
Suatu
kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan
kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan pikiran
jernih.Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti
ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ
هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ
هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]
“Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka
apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu
tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu)”.( QS. Al- Furqon : 43-44)
3.
Sebagai frame of thought
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya
ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran
mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak,
potensial, maupun yang konkret.Sehingga manusia tidak melampaui batas dalam
pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya lalai dan merasa benar hingga
akhirnya membawa mereka kepada kesombongan yang pasti berakhir dengan
kehancuran.Contoh Hitler dengan tentara Nazinya, dengan ilmunya Hitler merasa
bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa umat manusia menuju peradaban yang
lebih maju, namun karena ilmu tersebut tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang
terjadi adalah kehancuran rezim yang dimilikinya.
5
4. Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan
secara konsisten.
Dengan
menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah
yang ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak
terhingga. Karena telah di tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki
kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
5. Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT
sebagai pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan
kata lain, kita meyakini bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian
yang terjadi merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan
sempurna oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui
segala hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun
yang tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain
Dia. Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen, sehingga
tidak mudah terombang ambing oleh perkembangan zaman dan tidak terpenaruh
keyakinan yang menyesatkan.[2][2]
Dengan Tauhid, manusia tidak saja
akan bebas dan merdeka, tetapi juga akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan
manusia manapun. Tidak ada manusia yang lebih superior atau inferior terhadap
manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika
tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada mnusia lainnya
di hadapan Allah, maka juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu
suku bangsa ataupun suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada
suku bangsa atau bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah
SWT. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
B. Macam – Macam Tauhid
Tauhid dibagi menjadi tiga macam:
1.
Tauhid Ar-Rububiyyah
Yaitu
mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan Allah, dengan meyakini
bahwasanya Dia adalah satu-satuNya Pencipta seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman yang artinya:
Katakanlah:
“Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka Patutkah
kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, Padahal mereka tidak
menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”.
Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap
gulita dan terang benderang; Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah
yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa
menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu
dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (Ar-Ra’d : 16)
dan Dia adalah Pemberi Rezeki bagi
seluruh binatang dan manusia, Firman-Nya yang artinya:
“Dan tidak
ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya”.(Hud :
6)
Dia adalah Raja segala raja,
Pengatur semesta alam, … Pemberi ketentuan takdir atas segala sesuatu, Yang
Menghidupkan dan Yang Mematikan.
2.
Tauhid Al-Uluhiyyah
Tauhid
Al-Uluhiyyah disebut juga Tauhid Ibadah, dengan kaitannya yang
disandarkan kepada Allah disebut tauhid uluhiyyah dan dengan kaitannya yang
disandarkan kepada hamba disebut tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam peribadahan.
3.
Tauhid Al-Asma’ wa Shifat
Tauhid
Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama dan
Sifat-sifat bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-sifat yang
Allah sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya (Al-Qur’an), SunnahNabi-Nya Shallallahu
‘alaihi wa Sallam
tanpa Tahrif (menyelewengkan makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif (mempertanyakan/menggambarkan
bagaimana-nya)dan Tamtsil (menyerupakan dengan makhluk).
7
Dan ketiga macam Tauhid ini
terkumpul dalam firman-Nya yang artinya:
“
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya,
Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu
mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Maryam : 65).
C
Makna
Kalimat Tauhîd Lâ Ilâha illallâh
Oleh:
Ustâdz Hammâd Abû Mu’âwiyah
Mengetahui
makna kalimat yang mulia ini merupakan salah satu prinsip yang sangat mendasar
pada ‘aqidah seorang muslim. Bagaimana tidak, karena jika seseorang mengucapkan
kalimat tauhid ini maka dia tidak akan bisa melaksanakan konsekuensinya sebelum
mengetahui apa maknanya serta dia tidak akan mendapatkan berbagai keutamaan
kalimat yang mulia ini sampai dia mengetahui apa maknanya, mengamalkannya dan
meninggal di atasnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا
يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ
بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa`at;
akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang
hak (tauhid) dalam keadaan mereka mengetahui(nya).” (QS. Az-Zukhruf: 86)
Oleh
karena itu, berikut penjelasan secara singkat mengenai makna kalimat tauhid
yang mulia ini:
Laa
Ilaaha Illallah adalah
kalimat yang terdiri dari 4 kata, yaitu: kata (laa), kata (Ilaha),
kata (illa) dan kata (Allah). Adapun secara bahasa bisa kita
uraikan secara ringkas sebagai berikut:
- Laa adalah nafiyah lil
jins(Meniadakan keberadaan semua jenis kata benda yang datang
setelahnya). Misalnya perkataan orang Arab “Laa rojula fid dari”
(Tidak ada laki-laki dalam rumah) yaitu menafikan (meniadakan) semua jenis
laki-laki di dalam rumah. Sehingga laa dalam kalimat tauhid ini
bermakna penafian semua jenis penyembahan dan peribadahan yang haq dari
siapapun juga kecuali kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
- Ilah adalah mashdar (kata
dasar) yang bermakna maf’ul (obyek) sehingga bermakna ma`l
uh yang artinya adalah ma’bud (yang diibadahi). Karena aliha
maknanya adalah ‘abada sehingga makna ma’luh
adalah ma’bud. Hal ini sebagaimana dalam bacaan Ibnu ‘Abbas radhiallahu
‘anhuma terhadap ayat 127 pada surah Al-A’raf:
8
وَقَالَ
الْمَلأُ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ أَتَذَرُ مُوْسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوْا فِيْ
الْأََرْضِ وَيَذَرَكَ وَإِلَهَتَكَ
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun (kepada
Fir’aun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di
negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta ilahatahmu (peribadatan
kepadamu)?”.
Il ahat aka (ilahatahmu)
yaitu peribadatan kepadamu, karena Fir’aun itu disembah dan tidak menyembah.
Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu ‘Abbas memahami bahwa kata Ilahah artinya
adalah Ibadah
- Illa (kecuali). Pengecualian di
sini adalah mengeluarkan kata yang terletak setelah illa dari hukum
kata yang telah dinafikan oleh laa. Misalnya dalam contoh di atas laa
rajula fid dari illa Muhammad, yaitu Muhammad (sebagai kata
setelah illa) dikeluarkan (dikecualikan) dari hukum sebelum illa
yaitu peniadaan semua jenis laki-laki di dalam rumah, sehingga maknanya
adalah tidak ada satupun jenis laki-laki di dalam rumah kecuali Muhammad.
Jika diterapkan dalam kalimat tauhid ini makna maknanya adalah bahwa hanya
Allah yang diperkecualikan dari seluruh jenis ilah yang
telah dinafikan oleh kata laa sebelumnya.
- Lafadz “Allah” asal katanya
adalah Al-Ilah dibuang hamzahnya untuk mempermudah
membacanya, lalu lam yang pertama diidhgamkan (digabungkan)
pada lam yang kedua maka menjadilah satu lam yang ditasydid dan
lam yang kedua diucapkan tebal sebagaimana pendapat Imam Al-Kisa`i
dan Imam Al-Farra` dan juga pendapat Imam As-Sibawaih.
Adapun
maknanya, berkata Al-Imam Ibnu Qoyyim dalam Madarij As-Salikin
(1/18) : “Nama “Allah” menunjukkan bahwa Dialah yang merupakan ma’luh (yang
disembah) ma’bud (yang diibadahi). Seluruh makhluk beribadah kepadanya dengan
penuh kecintaan, pengagungan dan ketundukan”.
Lafadz
jalalah “Allah”
adalah nama yang khusus untuk Allah saja, adapun seluruh nama-nama dan
sifat-sifat Allah yang lainnya kembali kepada lafadz jalalah
tersebut. Karena itulah tidak ada satupun dari makhluk-Nya yang dinamakan
Allah.
Kemudian
dari perkara yang paling penting diketahui bahwa Laa ini –sebagaimana
yang telah diketahui oleh semua orang yang memiliki ilmu bahasa Arab-
membutuhkan isim dan khobar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu
Malik dalam Alfiyahnya:
عَمَلَ
إِنَّ اجْعَلْ لِلاَ فِي نَكِرَه ……..
“Jadikan
amalan Inna (menashab isim dan merafa’ khobar) untuk laa bila isimnya
nakirah.”
10
Isim
laa adalah kata ilaha,
adapun khobarnya, disinilah letak perselisihan manusia dalam
penentuannya.Adapun yang dipilih oleh para ulama As-Salaf secara keseluruhan
adalah bahwa khobarnya (dibuang) oleh karena itulah harus menentukan khobarnya
untuk memahami maknanya dengan benar. Dan para ulama Salaf sepakat bahwa yang
dibuang tersebut adalah kata haqqun atau bihaqqin (yang berhak
disembah), dengan dalil firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah
Luqman ayat 30:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الحَقُّ
وَأَنَّ مَا يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ البَاطِلُ وَأَنََّ اللهَ هُوَ العَلِيُّ
الكَبِيْرُ
“Yang
demikian itu karena Allahlah yang hak (untuk disembah) dan apa saja yang mereka
sembah selain Allah maka itu adalah sembahan yang batil dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.”Dan
mirip dengannya dalam surah Al-Hajj ayat 62.
Maka
dari seluruh penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa makna Laa
ilaaha illallah adalah tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah
kecuali Allah. Maka kalimat tauhid ini menunjukkan akan
penafian/penolakan/peniadaan semua jenis penyembahan dan peribadahan dari semua
selain Allah Ta’ala, apa dan siapapun dia, serta penetapan bahwa
penyembahan dan peribadahan dengan seluruh macam bentuknya –baik yang zhohir
maupun yang batin- hanya ditujukan kepada Allah semata tidak kepada selainnya.
Oleh karena itu semua yang disembah selain Allah Ta’ala memang betul
telah disembah, akan tetapi dia disembah dengan kebatilan, kezholiman,
pelampauan batas dan kesewenang-wenangan. Inilah makna yang dipahami oleh
orang-orang Arab –yang mukmin maupun yang kafirnya- tatkala mereka mendengar
perkataan laa ilaha illallah sebagaimana yang akan datang
penjelasannya insya Allah Ta’ala.
Berikut
sebagian perkataan para ulama yang menunjukkan benarnya apa yang telah kami
paparkan:
- Berkata Al-Wazir Abul Muzhoffar
dalam Al-Ifshoh: “Lafazh “Allah” sesudah “illa”
menunjukkan bahwasanya penyembahan wajib (diperuntukkan) hanya kepada-Nya,
maka tidak ada (seorangpun) selain dari-Nya yang berhak mendapatkannya
(penyembahan itu)”. Dan beliau juga berkata : “Dan termasuk faedah dari
hal ini adalah hendaknya kamu mengetahui bahwa kalimat ini mencakup kufur
kepada thaghut (semua yang disembah selain Allah) dan
beriman hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka tatkala engkau
menafikan penyembahan dan menetapkan kewajiban penyembahan itu hanya
kepada Allah subhanahu maka berarti kamu telah kufur kepada thaghut
dan beriman kepada Allah”.
- Berkata Imam Ibnu Rajab: “Al-Ilah
adalah yang ditaati dan tidak didurhakai karena mengagungkan dan
memuliakan-Nya, merasa cinta, takut, berharap dan bertawakkal kepada-Nya,
meminta dan berdo’a pada-Nya. Dan semua ini tidak boleh kecuali kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Maka siapa yang mengikutsertakan makhluk-Nya
pada salah satu dari perkara-perkara yang merupakan kekhususan penyembahan
(ibadah) ini maka dia
11
- telah merusak keikhlasannya
dalam kalimat Laa Ilaaha Illallah. Dan padanya terdapat peribadatan
kepada makhluk (kesyirikan) yang kadarnya sesuai dengan banyak atau
sedikitnya hal-hal tersebut terdapat padanya.”
- Berkata Al-Imam Al-Baqo`iy:
“Laa Ilaaha Illallah yaitu peniadaan yang besar dari menjadikan
yang diibadahi yang benar selain Raja yang paling mulia karena
sesungguhnya ilmu ini, khususnya Laa Ilaahaa Illallah adalah
peringatan yang paling besar yang menolong dari keadaan hari kiamat dan
sesungguhnya menjadi ilmu jika bemanfaat, dan menjadi bermanfaat jika
disertai dengan ketundukan dan beramal dengan ketentuannya. Kalau tidak
maka itu adalah kebodohan semata.”
Berkata
Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh: “Dan ini banyak dijumpai pada
perkataan kebanyakan ulama salaf dan merupakan ‘ijma (kesepakatan) dari
mereka. Maka kalimat ini menunjukkan penafian penyembahan terhadap segala apa
saja selain Allah bagaimanapun kedudukannya. Dan menetapkan penyembahan hanya
kepada Allah saja semata.Dan ini adalah tauhid yang didakwahkan seluruh Rasul
dan ditunjukkan oleh Al-Qur’an dari awal sampai akhirnya.”
Dari
penjelasan di atas diketahui bahwa kalimat Laa Ilaaha Illallah mengandung
dua rukun asasi yang harus terpenuhi sebagai syarat diterimanya syahadat
seorang muslim yang mengucapkan kalimat tersebut:
Pertama:
An-Nafyu (penafian/penolakan/peniadaan) yang
terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha. Yaitu menafikan, menolak dan
meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah bagaimanapun jenis dan
bentuknya dari kalangan makhluk, baik yang hidup apalagi yang mati, baik malaikat
yang terdekat dengan Allah maupun Rasul yang terutus terlebih lagi makhluk yang
derajatnya di bawah keduanya.
Kedua: Al-Itsbat (penetapan) yang terkandung dalam
kalimat Illallah. Yaitu menetapkan seluruh ibadah baik yang lahir
seperti sholat, zakat, haji, menyembelih dan lain-lain maupun yang batin
seperti tawakkal, harapan, ketakutan, kecintaan dan lain-lain. Baik dari ucapan
seperti dzikir, membaca Al-Qur’an berdoa dan sebagainya maupun perbuatan
seperti ruku dan sujud sewaktu sholat, tawaf dan sa`i ketika haji dan
lain-lain hanya untuk Allah saja.
Maka
syahadat seseorang belumlah benar jika salah satu dari dua rukun itu atau
kedua-duanya tidak terlaksana. Misalnya ada orang yang hanya meyakini Allah itu
berhak disembah (hanya menetapkan) tetapi juga menyembah yang lain atau tidak
mengingkari penyembahan selain Allah (tidak menafikan).
12
Berikut
penyebutan beberapa ayat Al-Qur`an yang menerangkan dua rukun laa ilaha
illallah ini:
فَمَنْ
يَكْفُرْ بِالطاَّغُوْتِ وَيُؤْمِنْ باِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ باِلْعُرْوَةِ
الْوُثْقاَ لاَ انفِصاَمَ لَهـاَ
“Karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada
Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus.”(QS.
Al-Baqarah: 256).
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ.
إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
“Dan
ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang
menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”(QS. An-Nis a`: 36)
Untuk
melaksanakan makna inilah Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan jin dan
manusia serta langit dan bumi sebagai fasilitas buat mereka:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dz ariy at: 56)
هُوَ
الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
“Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.”(QS. Al-Baqarah: 29)
Karenanya
Allah mengutus para Rasul ‘alaihimush Sholatu was Salam:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl: 36)
وَ
مَا أَرْسَلْنَاَ مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُوْلٍ إِلاَّ نُوْحِيْ إِلَيْهِ أَنَّهُ
لآَ إِلهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُوْنِ
“Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami mewahyukan
13
Dan
karenanya pulalah Allah Ta’ala menurunkan kitab-kitabNya:
الر
كِتَابٌ أُحْكِمَتْ ءَايَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ.
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ
“Alif
Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu, agar kamu tidak menyembah selain Allah.” (QS. Hud: 1-2)
إِنَّا
أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ
الدِّينَ
“Sesungguhnya
Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran.Maka
sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya.”(QS. Az-Zumar: 2)
Inilah
kesimpulan makna dari kalimat tauhid yang agung dan mulia ini. Makna inilah
yang dipahami oleh para shahabat dan para ulama yang datang setelah mereka
sampai hari ini bahkan makna inilah yang diyakini dan dipahami oleh kaum
musyrikin Quraisy di zaman Nabi Shollallahu ‘alai wa ‘ala alihi wasallam
semisal Abu Jahl, Abu Lahab dan selainnya, sebagaimana yang diungkap oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala pencipta mereka:
إِنَّهُمْ
كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ.
وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ
“Sesungguhnya
mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada
sembahan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan
mereka berkata: Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami karena seorang penyair gila?.” (QS. Ash-Shoffat: 35-36)
أَجَعَلَ
الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
“Mengapa
ia menjadikan sembahan-sembahan itu sembahan Yang satu saja?Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.”(QS. Shod: 5)
Berkata
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah dalam Majmu’
Fatawabeliau (2/5): “Sesungguhnya saya telah melihat
tulisan yang ditulis oleh saudara kita di jalan Allah Al-‘Allamah
Asy-Syaikh ‘Umar bin Ahmad Al-Malib ary tentang makna laa ilaha
illallah, dan saya memperhatikan apa yang beliau jelaskan tentang
pendapat 3 kelompok dalam maknanya. Dan penjelasannya:
14
Pertama:
Laa Ma’buda bihaqqin illallah (Tidak ada sembahan yang
berhak disembah kecuali Allah).
Kedua:
Laa Mutho’a bihaqqin illallah (Tidak ada yang berhak
ditaati kecuali Allah).
Ketiga:
Laa Roba illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).
Dan
yang benar adalah (makna) yang pertama sebagaimana yang beliau jelaskan. Dan
(makna) inilah yang ditunjukkan oleh Kitab Allah Subhanahu dalam beberapa tempat
dalam Al-Qur`anul Karim, seperti dalam firmanNya Subhanahu:
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya
kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan.”(QS.
Al-Fatihah: 5)
Dan
firmanNya ‘Azza wa Jalla:
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”(QS. Al-Isra`: 23)
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat:
56)
ذَلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ
الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“(Kuasa
Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil,
dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Hajj: 62)
15
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kami
paparkan
dapat diketahui bahwa Tauhid mempunyai berbagai macam fungsi dan peran yang
dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial yakni membebaskan manusia
dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua makhluk, menjaga manusia
dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila kekuasaan, dan
kesenangan- kesenangan sensual belaka, Sebagai frame of thought dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai pondasi keimanan yang juga
menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika
seluruh ajaran- ajarannya dilaksanakan secara konsisten, Mengajarkan kepada
umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai pusat kesadaran intelektual
mereka. Maka jelaslah bahwa tauhid erat hubunganya dengan kehidupan sosial
karena dengan ber tauhid manusia dapat mengetahui tujuan hidup mereka yaitu
beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala secara vertical yaitu langsung kepada
Allah dengan ibadah makdoh dan
Horizontal yaitu beribadah dengan sesama makhluk Allah dengan ibadah ghoirumakdoh.
Dengan menancapakan kalimat Lailahailallah dalam hati, maka akan diketahui bahwa
segala hal bentuk penyembahan terhadap
sesama manusia merupakan suatu perbuatan yang bisa menduakan Allah SWT serta
mengingkari kekuasaannya, karena Dialah yang menciptakan segala sesuatunya di
alam ini, baik yang ada di langit maupun ada di bumi. Dan apabila semua ini
dapat direalisasikan dalam kehidupan secara konsisten maka akan tercipta
kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
B.
Saran
Kita sebagai umat beragama sebaiknya
dapat mengambil hikmah dari fungsi dan peran yang telah dibahas diatas.Dengan
demikian, kita bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar